Senin, 30 Januari 2012

WISATA PESISIR SUNGAI BARITO




Sebagai kota air, Muara Teweh menyuguhkan pemandangan Wisata Alam yang unik berupa rumah apung yang cukup banyak, berderet di sepanjang tepian Sungai Barito sekaligus menyuguhkan panorama sungai Barito

Kota Air Muara Teweh ,merupakan Ibu Kota Kabupaten Barito Utara yang mayoritas penduduknya berasal dari suku Dayak Bakumpai, subetnis Dayak di Barito yang memeluk agama Islam. Kota kecil yang dikelilingi hutan dan bentuknya memanjang mengikuti aliran sungai ini merupakan satu-satunya kota ramai di daerah pedalaman Sungai Barito, yang membelah Pulau Kalimantan dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, hingga Kabupaten Murung raya, Kalimantan Tengah.

Sebagai kota air, Muara Teweh menyuguhkan pemandangan yang unik. Di kota kecil ini, terdapat rumah apung yang cukup banyak, berderet di sepanjang tepian Sungai Barito. Jenis rumah semacam ini dapat dianggap sebagai kearifan lokal dalam menghadapi bahaya banjir. Karena banjir di Muara Teweh pada umumnya berupa genangan, bukan air bah, jadi setinggi apapun banjir yang terjadi tidak akan menenggelamkan rumah-rumah tersebut.

Di sepanjang aliran sungai, pengunjung juga akan menjumpai pemandangan alam yang menawan. Menyaksikan lebat dan hijaunya hutan Kalimantan serta mendengarkan nyanyian khas hewan-hewan yang hidup di dalamnya merupakan pengalaman berharga yang mungkin tidak akan dialami di tempat-tempat lain. Dengan menggunakan jasa ojek speed boat, pengunjung dapat menikmati sepuasnya keindahan pemandangan alam di sepanjang aliran Sungai Barito tersebut. Pengunjung tidak perlu khawatir dengan harga yang ditawarkan, sebab tidak ada harga resmi untuk alat transportasi ini, sehingga pengunjung dapat menawarnya. Pada umumnya, besar-kecilnya biaya yang dikeluarkan tergantung pada jarak tempuh yang dikehendaki oleh pengunjung.

Minggu, 08 Januari 2012

ASAL MULA KOTA MUARA TEWEH


Muara Teweh adalah ibukota kabupaten Barito Utara bagian dari provinsi Kalimantan Tengah. Penduduknya merupakan suku asli Dayak Tewoyan atau juga di sebut Dayak Taboyan, Dayak Bakumpai dan Dayak Maanyan, disamping pendatang dari daerah lain. Adapun perhutanan, pertambangan batu bara dan emas serta perkebunan kelapa sawit dan karet adalah produk andalan dari kota Muara Teweh.
Di kota Muara Teweh pernah terdapat benteng peninggalan Belanda. Lokasinya dahulu terletak pada lokasi Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Barito Utara yang sekarang. Sebagai ibu kota Kabupaten, hingga sekitar menjelang tahun 1962 masih belum terdapat kendaraan roda empat di kota ini. Transportasi darat di dalam kota biasanya dilakukan dengan menggunakan sepeda roda dua sebagai alternatif berjalan kaki. Sedangkan hubungan transportasi dengan kota-kota lain disekitarnya, umumnya dengan memanfaatkan transportasi sungai, melalui sungai Barito. Di pinggiran sungai Barito ini dapat pula terlihat rumah-rumah apung yang dalam bahasa setempat disebut rumah lanting. Kendaraan roda 4 baru masuk di kota ini sekitar tahun 1962, di mulai dengan hadirnya 1 buah mobil jeep (Gaz) dan 1 buah truck, kendaraan dinas yang dimiliki oleh militer.


 Dari persfektif rumpun bahasa Dusun Barito, maka asal nama kota Tumbang Tiwei yang kemudian berubah menjadi Muara Teweh, dapat disimpulkan sebagai berikut:
  • Dalam komunitas Suku Bayan Dusun Pepas, disebut Nangei Tiwei (Nangei=Tumbang, Muara; Tiwei=Ikan Seluang Tiwei).
  • Pada komunikasi Suku Bayan Bintang Ninggi, disebut Nangei Musini (Nangei Musini=Muara Musini).
  • Pada Komunitas Suku Dusun Taboyan Malawaken, disebut Ulung Tiwei (Ulung Tiwei= Muara Tiwei, di mana Ulung Tiwei ini merupakan rumpun bahasa sebelah Timur/Mahakam. Misalnya, Ulung Ngiram disingkat Long Ngiram, jadi Ulung Tiwei disingkat Long Tiwei).
  • Pada komunitas Dusun Bakumpai/Kapuas, disebutkan Tumbang Tiwei (Tumbang Tiwei= Muara Tiwei, yang kemudian oleh kolonial Belanda dimelayukan menjadi Muara Teweh).
  • Lebih Jauh, penyebutan nama kota Muara Teweh yang berasal dari kata Tumbang Tiwei tersebut tampaknya sejalan adanya suku-suku Dusun Barito Utara, seperti dikutip dari buku “Kalimantan Membangun Alam dan Kebudayaan”, karya Tjilik Riwut (Mantan Gubernur Kalimantan Tengah). 

Demikianlah, asal-usul nama kota Muara teweh dan jenis Suku Dusun Barito Utara. Kendatipun sama Dusunnya dan sama Dayaknya, akan tetapi Belanda malah membedakan sebutan Suku Dusun Barito dan Suku Dusun Kapuas-Kahayan. Suku Dusun Barito yang berdiam di Tanah Dusun (Doesen Landen), disebutnya Dusun Barito, Sedangkan Suku Dusun yang berdiam di Kapuas -Kahayan, disebutnya Dayak Kapuas Kahayan. Tak jelas, apa makna dan tendensi dari penyebutan mana yang berbeda tersebut.
Pada masa lalu, banyak rumah betang sebagai tempat tinggal komunitas penduduk barito utara. Diantaranya rumah betang Lebo Lalatung Tour, Pendreh, Bintang Ninggi, Lemo, Lebo Tanjung Layen, Butong, Lanjas, Nihan, Papar Pujung dan Konut Tanah Siang (Mukeri Inas, et.al ;2004).
Rumah Betang dan komunitas penduduk yang menjadi dasar cikal-bakal bagi komunitas Muara Teweh, yakni Juking Hara dan Tanjung Layen dengan beberapa ciri pertanda peninggalan sejarahnya masing-masing. Juking Hara dan daerah sekitarnya adalah tempat dikuburkannya Tumenggung Mangkusari, tempat peristiwa Bukit Bendera dan Kuburan Belanda serta tempat didirikannya benteng belanda untuk pertama kalinya Tahun 1865.
 
 Sedangkan Lebo Tanjung Layen (Lebo Tanjung Kupang) tempat kedudukan kota Muara Teweh sekarang, yakni di sekitar Masjid Jami Muara Teweh, dengan sungai Kupang yaitu sungai yang membelah Simpang Merdeka dan Simpang Perwira yang ada hingga saat ini.

Posisi Kabupaten Barito Utara pada 114° 27’ 00” – 115° 49’ 00” Bujur Timur dan 0° 58’ 30” Lintang Utara – 1° 26’ 00” Lintang Selatan.
Wilayah Barito Utara meliputi pedalaman daerah aliran Sungai Barito yang terletak pada ketinggian sekitar 200-1.730 m dari permukaan laut. Bagian selatan merupakan dataran rendah dan bagian utara merupakan dataran tinggi dan pegunungan.
Potensi terbesar kawasan ini ada pada sektor kehutanan, pertambangan (batubara dan emas), sedangkan untuk sektor perkebunan adalah kelapa sawit dan karet. Sektor kehutanan dan perkebunan karet sudah cukup lama turut menyumbang pemasukan bagi negara sedangkan sektor pertambangan seperti tambang emas juga memberi andil yang cukup besar. Tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit saat ini sudah mulai berproduksi yang nantinya diharapkan dapat memberikan pemasukan yang cukup besar bagi negara dan daerah.
Jumlah penduduk Kabupaten Barito Utara sekitar 120.607 jiwa dengan klasifikasi 62.439 laki-laki dan 58.168 perempuan serta jumlah Rumah Tangga sebanyak 30.445 KK (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010).



Selasa, 03 Januari 2012

PROFILE KABUPATEN BARITO UTARA



Kabupaten Barito Utara dengan ibukota Muara Teweh ini berdiri pada 29 Juni 1950. Salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah ini mempunyai luas Wilayah : 8.300 KM 2 / 830.000 Ha dengan posisi 114 o 27’ 00” – 115 o 49’ 00” Bujur Timur dan 0 o 58’ 30” Lintang Utara – 1 o 26’ 00” Lintang Selatan, dengan batas wilayah: Sebelah Uara : batasan dengan Kabupaten Murung Raya dan Propinsi Kalimantan Timur, Sebelah Selatan : batasan dengan Barito Selatan dan Provinsi Kalimantan Selatan, Sebelah Timur: batasan dengan Propinsi Kalimantan Timur dan Propinsi Kalimantan Selatan, Sebelah Barat: berbatasan dengan Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Gunung Mas. Terdiri dari 6 Kecamatan dimekarkan menjadi 9 kecamatan :
  1. Gunung Purei
  2. Gunung Timang
  3. Lahei
  4. Montalat
  5. Teweh Tengah
  6. Teweh Timur
  7. Teweh Selatan
  8. Teweh Baru
  9. Lahei Barat
10 Kelurahan dan 102 Desa. Adapun jumlah penduduknya adalah 121.573 jiwa (2010), Kepadatan 14,65 jiwa/km2 .
Potensi terbesar kawasan ini ada pada sektor kehutanan, pertambangan (batubara dan emas), sedangkan untuk sektor perkebunan adalah kelapa sawit dan karet. Sektor kehutanan dan perkebunan karet sudah cukup lama turut menyumbang pemasukan bagi negara sedangkan sektor pertambangan seperti tambang emas juga memberi andil yang cukup besar. Tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit saat ini sudah mulai berproduksi yang nantinya diharapkan dapat memberikan pemasukan yang cukup besar bagi negara dan daerah.
Tujuh Program Pokok Pembangunan Kabupaten Barito Utara:
  1. Pembangunan Pertanian dalam Arti Luas
  2. Pembangunan Pendidikan
  3. Pembangunan Ekonomi Masyarakat
  4. Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan
  5. Pembangunan Kesehatan
  6. Peningkatan Prasarana Publik
  7. Pembinaan Lingkungan Hidup
Kantor Bupati Jl Jenderal Akhmad Yani No 76
Telepon : 0519 21120 operator PABX Pswt. 101 dan 102
Fax 051921038, 22432 email setda@baritoutarakab.go.id
bag_org.setdabatara@yahoo.co.id
Website: www.baritoutarakab.go.id

Senin, 02 Januari 2012

VISI DAN MISI


Visi

Visi Kabupaten Barito Utara adalah:
Terwujudnya Kabupaten Barito Utara yang maju, sejahtera, mandiri, berdaya saing, produktif, dan bermartabat dalam lingkungan lestari diikuti suasana kehidupan yang demokratis, damai dan berkeadilan serta pemerintahan yang bersih, profesional dan berwibawa sejalan dengan falsafah Iya Mulik Bengkang Turan.

Misi

  • Melaksanakan otonomi daerah dalam rangka pemberdayaan seluruh potensi disemua aspek kehidupan.
  • Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang bermoral, berakhlak, beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Minggu, 01 Januari 2012

KABUPATEN BARITO UTARA



Lambang
Lambang Kabupaten Barito Utara
Semboyan: Iya Mulik Benkang Turan
Pantang menyerah Sebelum Berhasil
Lokasi Kalimantan Tengah Kabupaten Barito Utara.svg
Peta lokasi Kabupaten Barito Utara
Koordinat: 114° 27’ 00” – 115° 49’ 00” Bujur Timur dan 0° 58’ 30” Lintang Utara – 1° 26’ 00” Lintang Selatan
Provinsi Kalimantan Tengah
Ibu kota Muara Teweh
Pemerintahan
 - Bupati      





H. Nadalsyah 

 
   
 - DAU Rp. 475.180.280.000.-(2013)[1]
Luas 8.300 km²
Populasi
 - Total 120.607 jiwa (2010)
 - Kepadatan 14,5
Demografi
 - Kode area telepon 0519
Pembagian administratif
 - Kecamatan 9
 - Situs web http://www.baritoutarakab.go.id/