Senin, 05 November 2012

POTENSI


I. BIDANG BANGUNAN DAN KONSTRUKSI

Wilayah yang masih berkembang seperti halnya Kabupaten Barito Utara, jelas masih memerlukan investasi di bidang bangunan (konstruksi). Seiring dengan pesatnya pembangunan sarana dan prasarana fisik di daerah ini, maka sektor bangunan (konstruksi) merupakan salah satu peluang bisnis yang pantas dilirik oleh para investor.
Kontribusi yang diberikan bidang bangunan (konstruksi) terhadap PDRB Barito Utara, menunjukkan sumbangan yang relatif kecil, yakni 4,30 persen (tahun 2004). Ini menunjuk­kan, bahwa bidang bangunan (konstruksi) masih memberi-kan peluang yang besar dalam memainkan perannya sebagai salah satu kontribusi pembangunan daerah ini. Apalagi, sebaran tenaga kerja di sektor ini baru sekitar 3.396 orang.

Prospek & Peluang:
  • Kian pesatnya pembangunan sarana dan prasarana suatu wilayah, menuntut adanya keterlibatan secara langsung dari bidang usaha tertentu, misalnya bidang bangunan (konstruksi).
  • Bidang bangunan (konstruksi) akan terus tumbuh dan berkembang seiring kemajuan pembangunan fisik suatu daerah.
  • Masih kecilnya kontribusi bidang bangunan (konstruksi) terhadap PDRB, berarti masih membuka kesempatan para investor melirik bidang ini.
  • Hadirnya era otonomi daerah atau desentralisasi kekuasaan saat ini, memungkinkan para kepala daerah (bupati/walikota) berhubungan langsung ke luar dengan investor guna mencari alternatif bagi pembiayaan pembangunan, yang juga berkaitan langsung dengan pemberdayaan masyarakat daerahnya.

II. PARIWISATA

 Warga dan masyarakat di Kabupaten Barito Utara pantas bersyukur. Sebab, Tuhan Yang Maha Kuasa telah memberkahi daerah subur ini dengan pesona alam nan luar biasa dan peluang ini dapat dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata yang potensial. Sangat beralasan kiranya jika kebijaksanaan pembangunan di bidang kepariwisataan lebih difokuskan pada pengembangan potensi daya tarik wisata, baik itu menyangkut wisata alam, wisata budaya, maupun sejarah.
Namun, yang potensial untuk dikembangkan di antaranya kawasan wisata Air Terjun Jantur Doyan, yang saat ini banyak dijadikan sebagai tempat rekreasi penduduk kota Muara Teweh dan sekitarnya. Selain itu, wisatawan juga dapat menikmati sejumlah keindahan alam Barito Utara lainnya, seperti Cagar Alam atau Hutan Lindung Pararawen, panorama Danau Butong, Air Terjun dan Danau Inih, serta Bendungan (dam) Irigasi Trinsing.
Selain itu, karena wilayah ini terkenal memiliki banyak dataran tinggi dengan formasi bebatuan pegunungan yang cukup tua, maka di beberapa tempat tersebar gua-gua alam yang sangat menantang bagi wisatawan petualang. Sebutlah di antaranya Gua Siapa, Gua Lambung, Gua Liang Pandan, Gua Liang Idai, dan lain-lain. Sementara pegunungan yang menyemburatkan keindahan alam yang masih asri dapat kita saksikan pada Gunung Lumut dan kawasan Gunung Angah (Benangin Air terjun Sentuyun),
Namun, puncak dari keajaiban panorama alam itu sebenarnya bisa ditemukan di dalam kawasan Cagar Alam atau Hutan Lindung Pararawen II. Di dalamnya terdapat obyek wisata yang menarik, diantaranya beragam spesies flora dan fauna, hutan tropis khas Kalimantan, dan kekayaan plasma nuftah yang masih alami.
Sementara obyek wisata budaya yang tersebar di wilayah Kabupaten Barito Utara, bernilai artistik dengan cita rasa yang sangat tinggi. Warisan adiluhung budaya masyarakat daerah ini memberikan personifikasi khas akan keanekaragaman serta tingginya kemampuan cipta, rasa dan karsa para leluhur masa lalu. Hasil budaya masa lalu itu bernilai sosial, kemasyarakatan, pendidikan serta sejarah yang sangat tinggi. Berikut sejumlah obyek wisata budaya tersebut:
Rumah Betang Tambau
Keindahan alam bernuansa khas perdesaan dengan tampilan rumah adat etnik Dayak yakni Betang Tambau juga dapat dengan mudah dinikmati, seraya menghirup udara segar dengan kicauan beragam jenis burung serta gemericik kesejukan sumber mata air.
Selain rumah Betang Tambau^ kini banyak dipertunjukan jenis-jenis tarian etnik Dayak nan mempesona. Tari-tarian ini sudah cukup populer karena telah diangkat dalam bentuk sebuah festival, sehingga setiap orang bisa berpartisipasi di dalamnya. Wisatawan dapat dengan mudah menyaksikan permainan ini karena seringkali ditampilkan pada berbagai event perayaan, seperti perayaan pembukaan eksibisi/pameran, usai pesta perkawinan, menghormati tamu-tamu penting, serta pada peringatan Kemerdekaan RI 17 Agustus setiap tahun.
Bangkai Kapal Onrust
Seperti dijelaskan sebelumnya, kala bertandang ke Barito Utara, wisatawan dapat pula menyaksikan keindahan panorama Air Terjun Jantur Doyan, Cagar Alam atau Hutan Lindung Pararawen, panorama unik di Danau Butong, Air Terjun dan Danau Inih, serta Bendungan (dam) Irigasi Trinsing. Namun, lebih lebih dari itu, wilayah ini juga terkenal sebagai tempat wisata sejarah, karena terdapat bangkai kapal Onrust milik Belanda yang ditenggelamkan pejuang pada saat mereka memasuki daerah ini, serta berbagai makam pejuang yang dikeramatkan, yang juga banyak mendapat perhatian dan dikunjungi wisatawan.
Sisa-sisa bangkai kapal Onrust tersebut terdapat di Kelurahan Lanjas, dan merupakan kawasan obyek wisata sejarah yang menarik sembari mengenang kepahlawanan pejuang Barito pada masa itu. Bangkai kapal perang Onrust ini ditenggelamkan oleh Tumenggung Surapati dan anak buahnya, terjadi pada zaman sebelum kemerdekaan. Obyek wisata sejarah ini menjadi konstruksi penting dalam sejarah heroik perlawanan rakyat Barito Utara terhadap penjajah. Selain itu, juga ada obyek sejarah berupa Makam Sultan Muhammad Seman (putra Pangeran Antasari), dan lain-lain.
Sayangnya, isu terorisme global yang sempat mengoyak kepercayaan dunia luar terhadap Indonesia pada tahun-tahun terakhir, rupanya turut mengurangi kunjungan wisatawan mancanegara. Sebab itu, kalangan industri pariwisata di dalam negeri mau tak mau harus jeli mengalihkan pasarnya kepada wisatawan nusantara (domestik). Pilihan ini, rupanya cukup efektif. Terbukti, permintaan paket wisata domestik di sejumlah biro-biro perjalanan wisata sepanjang tahun mengalami peningkatan antara 15 hingga 30 persen.
Jika kita mencermati hasil dari studi pada Kantor Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Deparpostel) RI bekerjasama dengan Biro Pusat Statistik (EPS) pada tahun 1991/1992 lalu, paling tidak kita bisa memahami profil dan karakteristik wisatawan nusantara. Menurut penelitian tersebut, wisatawan nusantara yang berpendidikan tinggi lebih cenderung mengunjungi obyek-obyek wisata yang bersifat alam. Sedangkan yang berpendidikan lebih rendah cenderung mengunjungi tempat-tempat hiburan atau rekreasi yang terletak di dalam kota.
Pada umumnya, sarana angkutan yang digunakan wisatawan nusantara paling banyak adalah kendaraan pribadi dan mobil angkutan umum, dan sebagian besar kunjungan wisata masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.


III.  TRANSPORTASI

 ompleksitas unsur transportasi atau perhubungan memegang peranan sangat penting dalam sektor pariwisata. Karena itu, mengutip pendapat Clare A. Gunn dalam bukunya, Tourism Planning (1979), di mana dalam perencanaan pariwisata bahwa transportasi yang ia sebut unsur akses^ menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah prinsip perencanaan pariwisata, selain unsur pengelompokan, day a tank, ketergantungan SDA, populasi, kapasitas, kota-kota, iklim pembangunan sosial, fleksibilitas, jenis-jenis parimsata, orang-orang, serta keanekaragaman.
Unsur transportasi atau akses perhubungan ini, masih menurut Clare A. Gunn, merupakan akses masuk dan keluar pada kawasan yang mempunyai daya tarik hendaknya direncanakan sebagai bagian integral dari pembangunan. Di sinilah pentingnya bagi jaringan jalan raya bebas hambatan (tol) dan jaringan penerbangan ke kawasan tempat tujuan wisata.
Sebab itu, untuk menunjang pengembangan bisnis pariwisata, sarana dan prasarana pendukung ini merupakan faktor penting, selain adanya daya tarik, aksesibilitas serta promosi secara ajek dan kontinyu. Sektor transportasi (perhubungan), baik darat, laut maupun udara, sangat diper-lukan dalam mewujudkan mobilitas serta arus wisatawan berkunjung, dari dan ke daerah tujuan wisata. Dalam konteks ini, Kabupaten Barito Utara, kendatipun daerahnya agak menjorok ke wilayah pedalaman, namun sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Kalimantan Tengah, daerah ini relatif memiliki aksesibilitas yang baik, misalnya melalui transportasi darat (bus, travel, mobil pribadi, sepeda motor, dan kin-lain), maupun transportasi sungai (perahu bermotor, speed­boat, perahu, dan lain-lain) dan transportasi udara. Tiga lintas jalur transportasi itu semuanya ditujukan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari satu tempat ke tempat lain, meningkatkan mobilitas manusia ke daerah tujuan, termasuk berperan penting bagi aksesibilitas industri pariwisata.
Misalnya, dari kota air Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Kabupaten Barito Utara relatif mudah dicapai, meski jaraknya cukup jauh yakni sektar 425 kilometer ke arah utara. Akses jalan darat yang menghampar mulus, meski pun sebagian masih ada yang rusak ringan dan berat (terutama di musim penghujan), relatif memudahkan wisatawan datang berkunjung. Begitu pun perhubungan lewat jalur udara, bisa ditempuh melalui Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin, atau Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, langsung ke Bandara Beringin, Muara Teweh (ibukota Kabupaten Barito Utara). Sementara akses transportasi perairan/sungai, dapat ditempuh menyusuri Sungai Barito dari Pelabuhan Trisakti di Banjarmasin dan pelabuhan/dermaga di kota Palangkaraya.
Ada pun jaringan jalan-jalan darat yang ada di Kabupaten Barito Utara saat ini, menurut statusnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jalan Negara
Jalan Negara ini kondisi permukaannya berkualitas sedang sepanjang 227,20 kilometer, rusak 247,90 kilometer, dan rusak berat 64.60 kilometer. Saat ini, Jalan Negara merupakan poros penghubung yang sangat vital dalam menggulirkan roda perekonomian masyarakat di Kabupaten Barito Utara, terutama yang datang dan pergi dari Palangkaraya, Banjarmasin, Tamianglayang, hingga melintasi kota Muara Teweh. Transportasi melalui jalan darat (Jalan Negara) dari Banjarmasin ke Muara Teweh dapat ditempuh sekitar 8 hingga 10 jam lamanya, dengan jarak tempuh sekitar 425 kilometer.
Jalan Kabupaten
Jalan Kabupaten yang dikategorikan dalam kondisi baik sepanjang 86,58 kilometer, kondisi rusak sepanjang 229,30 ki­lometer, dan rusak berat sepanjang 63,40 kilometer. Secara keseluruhan, panjang jalan di Kabupaten Barito Utara membentang sepanjang 4.252,73 kilometer, termasuk di antaranya jalan yang dipergunakan oleh perusahaan HPH untuk mengangkut kayu hasil hutan. Jalan sepanjang itu yang sudah dilakukan pengerasan (aspal) khususnya di sekitar Muara Teweh, sementara jalan-jalan yang menghubungkan antar-kecamatan masih sangat terbatas dan kondisinya masih banyak yang rusak. Dalam konteks pengembangan pariwisata daerah ini, maka kondisi jalan yang ada tersebut menjadi salah satu perhatian serius pemerintah kabupaten, kendatipun di sisi lain, dana yang dialokasikan juga sangat terbatas.
Mengindentifikasi permasalahan klasik transportasi daerah ini, maka Pemerintah Kabupaten Barito Utara telah mengkategorikan unsur transportasi (perhubungan) menjadi salah dari tujuh strategi dan prioritas pembangunan, yaitu bidang infrastruktur/prasarana pembangunan wilayah.
Pembangunan jasa pelayanan infrastruktur/prasarana wilayah harus ditempuh melalui kebijakan rehabilitasi dan perbaikan prasarana yang dimiliki, berdasarkan pertimbangan perekonomian saat ini. Prasarana perhubungan ini selain ber-tujuan untuk perluasan akses kepariwisataan, juga diarahkan pada langkah penyediaan jasa prasarana yang mendukung kegiatan produksi rakyat dan peningkatan nilai tambah produksi (added value) serta memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, terutama bagi golongan ekonomi berpenghasilan lemah.
Pembangunan jasa perhubungan ini juga mempertimbang-kan rasa keadilan dan kepentingan sosial lainnya, sehingga harus tetap mempertimbangkan kemampuan konservasi daya dukung alam dan lingkungan hidup yang ada di daerah ini.


IV. TAMBANG DAN GALIAN

Meskipun sangat potensial, sektor pertambangan dan bahan galian hingga kini masih memberikan kontribusi yang kecil terhadap pertumbuhan perekonomian daerah ini, yakni baru sekitar 7,37 persen. Tenaga kerja yang diserap sektor ini juga terbilang kecil, baru sekitar 5.818 orang. Padahal, berdasarkan stratigrafi wilayah geologis Kabupaten Barito Utara serta data inventarisasi sebaran mineral yang ada, di perut Bumi Seribu Riam ini terkandung beragam SDA yang potensial untuk dikembangkan. Mulai dari bahan galian logam seperti emas, batubara, minyak bumi, posfat, batu gamping, pasir kwarsa, antimonit, kaolin dan lempung/tanah liat.
Hingga kini, belum banyak penelitian intensif menyangkut sumber daya mineral yang ada di wilayah Kabupaten Barito Utara. Sehingga belum diketahui secara detail dan pasti, bagaimana potensi kandungan serta prospek sumber daya mineral tersebut, termasuk alokasi dan sebaran lahan usaha tambang. Karena itu, ada baiknya pemerintah kabupaten membuka peluang kepada institusi penelitian untuk menyusun dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) yang kini sudah banyak dikembangkan.
Kendatipun demikian, karena Pemerintah Kabupaten Barito Utara memproyeksikan bahwa bidang pertambangan dan penggalian ini, terutama batubara, bakal dikembangkan menjadi salah satu andalan yang mengkontribusi APBD, maka bidang inilah yang giat ditawarkan kepada investor, baik nasional dan internasional. Hingga kini, upaya serius dan proaktif yang dimotori pihak eksekutif tersebut mulai membuahkan hasil menggembirakan.
Batubara
Potensi bahan galian batubara di daerah ini, terdapat di semua kecamatan yang ada di wilayah Barito Utara, yakni di Kecamatan Teweh Tengah, Kecamatan Lahei, Kecamatan Teweh Timur, Kecamatan Gunung Purei, Kecamatan Gunung Timang dan Kecamatan Montallat.
Pemerintah Kabupaten Barito Utara memproyeksikan, bahwa potensi bahan galian batubara ini akan menjadi andalan (primadona) karena menjadi salah satu penopang perekonomian daerah dan diharapkan mengkontribusi PDRB kedua terbesar setelah sektor pertanian dalam arti luas.
Hingga medio 2005, terdapat 53 perusahaan yang mengadakan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dan Kuasa Pertambangan (KP) dengan Pemerintah Kabupaten Barito Utara.
Emas
Potensi kandungan emas di Kabupaten Barito Utara saat ini lebih banyak dilakukan dalam bentuk eksplorasi secara sederhana dan konvensioal oleh masyarakat setempat. Sebaran potensi emas tersebut meliputi Kecamatan Lahei dan Kecamatan Teweh Tengah.
Minyak Bumi
Tak banyak yang tahu, ternyata daerah ini juga menyimpan potensi minyak bumi. Sebaran potensinya itu terdapat di Kecamatan Lahei, kecamatan Teweh Tengah, hal ini dengan ditemukannya patok2 peninggalan Belanda dengan cadangan, potensi dan prospeknya yang masih belum diketahui.
Posfat
Potensi bahan galian posfat di Kabupaten Barito Utara ini hanya terdapat di Kecamatan Teweh Timur, dengan jumlah cadangan sekitar 60.386 meter kubik.
Lempung/Tanah Mat
Terdapat di Kecamatan Teweh Timur dan Kecamatan Teweh Tengah. Lempung ini biasanya digunakan penduduk setempat untuk pembuatan batu bata dan genteng.
Pasir Kwarsa
Pasir kwarsa di wilayah Kabupaten Barito Utara terdapat di Kecamatan Teweh Timur, Kecamatan Teweh Tengah, dan Kecamatan Lahei. Sayangnya, potensinya ini juga belum diketahui secara pasti.
Antimonit
Sebaran. potensi antimonit di wilayah Kabupaten Barito Utara hanya terdapat di Kecamatan Teweh Timur. Saat ini, cadangannya pun belum diketahui secara pasti, karena belum ada penelitian komprehensif yang dapat menjelaskan bagaimana potensi dan prospeknya ke depan.
Kaolin
Potensi kaolin terdapat di Kecamatan Gunung Timang dan Kecamatan Gunung Laung. Kaolin dapat dipergunakan untuk industri keramik, kertas, cat, kosmetik, farmasi, karet, peptisida dan lain-lain.
Biji Besi
Hanya sebagian yang tahu kalau barito utara juga menyimpan bahan tambang biji besi sebarannya hanya terdapat di kecamatan Gunung Timang namun sayang menurut penelitian biji besi tersebut terlalu muda untuk ditambang dan kalaupun ditambang besi yang dihasilkannya akan seperti timah.
 
Begitulah, paparan singkat betapa di dalam perut bumi daerah Barito Utara ini menyimpan kekayaan SDA yang cukup banyak.


V. INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

Pemerintah Kabupaten Barito Utara mengembangkan kebijakan industri, perdagangan dan investasi untuk meningkatkan daya saing global melalui keunggulan kompetitif (competitive advantage) berbasis keunggulan komparatif (compara­tive advantage) SDA dan SDM dengan menghapus segala bentuk hambatan dan perlakuan diskriminatif. Selain itu, sebagai tulang punggung perekonomian rakyat, maka pengembangan industri yang berskala kecil dan menengah berbasis sumber daya lokal lebih ditingkatkan.
Hingga kini, bidang industri dan perdagangan telah memberikan lapangan kerja sebesar 15.08 persen dengan jumlah pekerja sebanyak 11.910 orang (2003).

SARANA DAN PRASARANA

Akomodasi

Sebagai penunjang sektor pariwisata di Kabupaten Barito Utara, tak kalah pentingnya adalah ketersediaan akomodasi yang memadai. Di wilayah ini sudah tersedia fasilitas hotel dan losmen, termasuk restoran dan rumah makan. Ada pun hotel dan losmen yang ada di Kabupaten Barito Utara, dapat disebutkan seperti Hotel Teweh Raya, Barito, Marindu, Pasific, A. Kencana, Sumber Rejeki dan Hotel Butong Danum, yang semuanya terdapat di Jalan Panglima Batur, Hotel Gunung Sintuk, Matahari dan Hotel Walet di Jalan Tumenggung Surapati, Hotel Nusantara di Jalan Yetro Sinseng, serta Hotel Handayani, Amuntai, dan Hotel Hendra, yang terdapat di wilayah Kandui Gunung Timang..
Fasilitas penting lainnya adalah ketersediaan sambungan telekomunikasi, baik lokal maupun internasional yang juga sudah memadai. Saat ini, seperti halnya daerah lain, di Kabupaten Barito Utara tersedia fasilitas komunikasi, baik berupa pelayanan jasa pos dan giro, telepon, facsimile, jaringan internet dan fasilitas telekomunikasi lainnya. Kini, akses komunikasi menjadi relatif mudah dan praktis setelah jaringan telepon genggam (selular) juga merambah ke wilayah ini.
Begitu pula peningkatan pelayanan kesehatan tidak lepas dari perhatian pemerintah kabupaten, dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Jumlah fasilitas kese­hatan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang menggembirakan, baik berupa R-umah Sakit, Puskesmas, Puskemas Pembantu, Puskesmas Keliling serta Balai-balai Pengobatan. Untuk tenaga kesehatan, hampir di semua kecamatan sudah terdapat tenaga dokter umum, dokter gigi, perawat, yang jumlahnya terus menunjukkan peningkatan serta siap melayani masyarakat termasuk kalangan wisatawan.
Walaupun begitu, toh diakui bahwa ketersediaan sarana akomodasi seperti disebutkan di atas, terasa belum memadai untuk mengantisipasi melonjaknya arus wisatawan yang datang dan berkunjung ke Barito Utara. Dalam konteks inilah, sebetulnya muncul peluang usaha atau investasi di bidang akomodasi guna memenuhi keseimbangan atas melonjaknya permintaan sektor pariwisata.
Menyadari keterbatasan itulah, maka Pemerintah Kabupaten Barito Utara akan terus meningkatkan standar mutu akomodasi dan transportasi yang telah ada, guna memberi kenyamanan kepada wisatawan. Peningkatan ini juga dimaksudkan untuk mengantisipasi masuknya dunia kepariwisataan nasional dalam lingkup sebuah industri, yang diharapkan berimbas ke seluruh wilayah Indonesia, di mana pada akhirnya mendatangkan devisa yang cukup penting bagi suatu daerah.

Transportasi

Kompleksitas unsur transportasi atau perhubungan memegang peranan sangat penting dalam sektor pariwisata. Karena itu, mengutip pendapat Clare A. Gunn dalam bukunya, Tourism Planning (1979), di mana dalam perencanaan pariwisata bahwa transportasi yang ia sebut unsur akses^ menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah prinsip perencanaan pariwisata, selain unsur pengelompokan, day a tank, ketergantungan SDA, populasi, kapasitas, kota-kota, iklim pembangunan sosial, fleksibilitas, jenis-jenis parimsata, orang-orang, serta keanekaragaman.
Unsur transportasi atau akses perhubungan ini, masih menurut Clare A. Gunn, merupakan akses masuk dan keluar pada kawasan yang mempunyai daya tarik hendaknya direncanakan sebagai bagian integral dari pembangunan. Di sinilah pentingnya bagi jaringan jalan raya bebas hambatan (tol) dan jaringan penerbangan ke kawasan tempat tujuan wisata.
Sebab itu, untuk menunjang pengembangan bisnis pariwisata, sarana dan prasarana pendukung ini merupakan faktor penting, selain adanya daya tarik, aksesibilitas serta promosi secara ajek dan kontinyu. Sektor transportasi (perhubungan), baik darat, laut maupun udara, sangat diper-lukan dalam mewujudkan mobilitas serta arus wisatawan berkunjung, dari dan ke daerah tujuan wisata. Dalam konteks ini, Kabupaten Barito Utara, kendatipun daerahnya agak menjorok ke wilayah pedalaman, namun sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Kalimantan Tengah, daerah ini relatif memiliki aksesibilitas yang baik, misalnya melalui transportasi darat (bus, travel, mobil pribadi, sepeda motor, dan kin-lain), maupun transportasi sungai (perahu bermotor, speed­boat, perahu, dan lain-lain) dan transportasi udara. Tiga lintas jalur transportasi itu semuanya ditujukan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari satu tempat ke tempat lain, meningkatkan mobilitas manusia ke daerah tujuan, termasuk berperan penting bagi aksesibilitas industri pariwisata.
Misalnya, dari kota air Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Kabupaten Barito Utara relatif mudah dicapai, meski jaraknya cukup jauh yakni sektar 425 kilometer ke arah utara. Akses jalan darat yang menghampar mulus, meski pun sebagian masih ada yang rusak ringan dan berat (terutama di musim penghujan), relatif memudahkan wisatawan datang berkunjung. Begitu pun perhubungan lewat jalur udara, bisa ditempuh melalui Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin, atau Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, langsung ke Bandara Beringin, Muara Teweh (ibukota Kabupaten Barito Utara). Sementara akses transportasi perairan/sungai, dapat ditempuh menyusuri Sungai Barito dari Pelabuhan Trisakti di Banjarmasin dan pelabuhan/dermaga di kota Palangkaraya.
Ada pun jaringan jalan-jalan darat yang ada di Kabupaten Barito Utara saat ini, menurut statusnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jalan Negara
Jalan Negara ini kondisi permukaannya berkualitas sedang sepanjang 227,20 kilometer, rusak 247,90 kilometer, dan rusak berat 64.60 kilometer. Saat ini, Jalan Negara merupakan poros penghubung yang sangat vital dalam menggulirkan roda perekonomian masyarakat di Kabupaten Barito Utara, terutama yang datang dan pergi dari Palangkaraya, Banjarmasin, Tamiang Layang, hingga melintasi kota Muara Teweh. Transportasi melalui jalan darat (Jalan Negara) dari Banjarmasin ke Muara Teweh dapat ditempuh sekitar 8 hingga 10 jam lamanya, dengan jarak tempuh sekitar 425 kilometer.
Jalan Kabupaten
Jalan Kabupaten yang dikategorikan dalam kondisi baik sepanjang 86,58 kilometer, kondisi rusak sepanjang 229,30 ki­lometer, dan rusak berat sepanjang 63,40 kilometer. Secara keseluruhan, panjang jalan di Kabupaten Barito Utara membentang sepanjang 4.252,73 kilometer, termasuk di antaranya jalan yang dipergunakan oleh perusahaan HPH untuk mengangkut kayu hasil hutan. Jalan sepanjang itu yang sudah dilakukan pengerasan (aspal) khususnya di sekitar Muara Teweh, sementara jalan-jalan yang menghubungkan antar-kecamatan masih sangat terbatas dan kondisinya masih banyak yang rusak. Dalam konteks pengembangan pariwisata daerah ini, maka kondisi jalan yang ada tersebut menjadi salah satu perhatian serius pemerintah kabupaten, kendatipun di sisi lain, dana yang dialokasikan juga sangat terbatas.
Mengindentifikasi permasalahan klasik transportasi daerah ini, maka Pemerintah Kabupaten Barito Utara telah mengkategorikan unsur transportasi (perhubungan) menjadi salah dari tujuh strategi dan prioritas pembangunan, yaitu bidang infrastruktur/prasarana pembangunan wilayah.
Pembangunan jasa pelayanan infrastruktur/prasarana wilayah harus ditempuh melalui kebijakan rehabilitasi dan perbaikan prasarana yang dimiliki, berdasarkan pertimbangan perekonomian saat ini. Prasarana perhubungan ini selain ber-tujuan untuk perluasan akses kepariwisataan, juga diarahkan pada langkah penyediaan jasa prasarana yang mendukung kegiatan produksi rakyat dan peningkatan nilai tambah produksi (added value) serta memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, terutama bagi golongan ekonomi berpenghasilan lemah.
Pembangunan jasa perhubungan ini juga mempertimbang-kan rasa keadilan dan kepentingan sosial lainnya, sehingga harus tetap mempertimbangkan kemampuan konservasi daya dukung alam dan lingkungan hidup yang ada di daerah ini.